Paradoks oleh I Putu Surya Negara |
Bagaimana anda melihat perbedaan atau persamaan seorang politikus dan seorang sales person? Berbeda memang jelas, mereka berada dalam dua ranah yang tidak bersinggungan satu sama lain. Persamaan yang paling cepat timbul dalam nalar kita adalah kedua orang ini sama-sama menjual, apapun itu, apakah barang atau jasa atau hanya ide. Seringkali kita yang melihatnya mengalami semacam keraguan mental, apakah yang kita lihat benar adanya. Bagaimana caranya anda bisa menjual GTB Fiorano-nya Ferrari, sebuah mobil yang bisa mencapai 100 km/jam hanya dalam waktu 3.7 detik, yang bisa dikebut melampaui 330 km/jam. Seorang sales yang piawai tahu persis mobil ini mungkin selamanya tidak akan pernah dikebut hingga 300 km/jam di Jakarta, di jalan tol sekalipun. Tapi tetap ada sesuatu yang bisa dijual. Atau kulkas-kulkas yang dijadikan almari pakaian (karena PLN belum masuk ke daerah itu) sesudah panen besar yang membuat banyak orang di sebuah daerah kaya raya. Kita semua mahfum faktor apa itu, faktor emosi menjadi orang ter-eksklusif. Dan ada banyak orang yang tertarik membeli karena faktor ini. (dimuat dalam majalah Esquire edisi Juni 2008.) |
Joe teman saya adalah salah seorang founder perusahaan penyedia layanan outdoor activity untuk korporasi. Joe merasakan tidak pernah ada penolakan sewaktu bertemu prospek. Dia dan team-nya selalu dicari dan selalu diterima dengan hangat di perusahaan-perusahaan kelas atas negeri ini. Silakan sebut bank terbesar di Indonesia, lima dari sepuluh sudah menjadi klien-nya, beberapa perusahaan minyak asing juga memberikan proyek secara teratur. Tapi jangan salah, tapi jangan salah perusahaan teman saya ini tidak selalu menang tender, tidak selalu dapat proyek. Anehnya, Joe jaman kuda gigit besi sampai sekarang adalah berhasil menjual apapun produk kita dan memenuhi target. Inilah kuncinya. Joe melakukan langkah revolusioner : mengubah success indicator-nya. Dari semula berhasil menjual dan pengetahuan dan wawasan atas jasa yang mereka miliki. Ketika sang prospek merasakan bantuan mereka, maka mereka sudah sukses. Karena Hukum Gerak Newton yang ke-3 menjamin. Jika Joe memberikan aksi berupa bantuan, maka apa yang akan menjadi reaksi dari prospek ? Pastinya bantuan juga. Bukankah yang paling indah dalam proses menjual adalah ketika prospek kita ingin membantu kita ? Lanjutkan.... |
Saat itulah masuk beberapa teman kantor saya. Mereka rupanya hendak makan siang di sini. Sebentar lagi tempat ini akan ramai. Sejurus kemudian, seorang lelaki lain masuk. Yang ini teman akrab saya, seorang division head yang bertugas di bidang network coverage. Kami sering terlibat proyek yang mengharuskan ke luar kota dengan intens, menghabiskan obrolan malam-malam karena jika ke luar kota harus menginap room sharing di hotel. Saat itulah dalam hitungan sepersekian detik saya melambaikan tangan ke teman saya itu. Saya memaksa mereka berkenalan, meskipun tidak lah lazim memperkenalkan seorang calon pegawai yang sedang di-interview kepada teman. Tapi mungkin karena cukup lama kami berteman, saya lumayan hapal abcd yang dimilikinya. Teman saya ini cukup lama membujang kembali setelah bercerai dengan istrinya. Tapi hidupnya cenderung ringan tanpa beban berat, tidak ada target yang mampu mengubah ritme kerjanya. Wajahnya kalem, tenang, dan cenderung lugu. Saya sering mencandainya, dan sering juga kelewatan, tapi dia tak pernah marah. Paling banter dia akan berkata: enggak usahlah sampai segitunya. Lanjutkan.... Ide-ide segar lain dari Putu? The Selling Secret |